Perlukah Mengelola Sampah di Sekolah ?


Sampah itu masalah atau berkah?


Ups, sampah ! Persoalan yang satu ini tidak akan ada habisnya. Sejak zaman nenek moyang hingga sekarang, baik dirumah, di sekolah, dan di mana pun kita berada, aktivitas kita tak luput dari sampah.


Jika ditanya tentang sumbangsih kita selama ini terhadap permasalahn sampah, maka kita akan mengatakan bahwa kita sudah peduli terhadap sampah. Buktinya, kita sudah membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya baik di rumah, di sekolah maupun di mana berada. Namun, permasalahan sampah tidak selesai sampai di situ. Sudahkah sampah yang kita buang terpilah antara sampah organik dan anorganik? Setelah dipilah akan dikemanakan? Dibuang percuma ataukah dikelola? Benar-benar tak ada habisnya!


Sehubungan dengan permasalahan sampah di sekolah, pengelolaan sampah sangat terkait dengan kebijakan kepala sekolah. Bagi sekolah yang sudah menyandang sekolah Adiwiyata, sampah di sekolah akan dikelola dengan baik, karena kegiatan yang dilakukan tidak luput dari prinsip 3R( Reduce, Reuse, dan Recycle). Sedangkan pelaksanaan pegelolaan di sekolah melibatkan seluruh komponen yang ada. Tak terkecuali siswa. Keterlibatan siswa dalam pengelolaan sampah dimaksudkan untuk mengubah mind set (pola pikir) atau perilaku siswa dalam meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.


Berdasarkan hasil angket yang disebar pada siswa kelas IX, siswa tetap merasa enjoy terhadap pengelolaan sampah di sekolah. Terbukti (80,7%) menyatakan sangat setuju, (17%) setuju, dan hanya (2,3%) siswa yang kurang setuju terhadap pengelolaan sampah di sekolah.


Ribut Kurnia adalah salah satu sosok siswa SMPN 2 Kebomas yang aktif dalam pengelolaan sampah di sekolah. Pegelolaan sampah baginya sudah menjadi makanan sehari-hari. Ketika ditanya tentang peran aktifnya dalam pengelolaan sampah di sekolah, alasannya sangat sederhana yaitu untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungan dalam rangka menjaga kelestarian alam. Alasan ini pula yang banyak disampaikan oleh siswa (45,5%), Alasan lainnya untuk mengurangi sampah di sekolah (28,4%), dan menghindari pencemaran lingkungan (18,2%).



Pengelolaan sampah di sekolah lebih banyak mengelola sampah jenis dedaunan yang berasal dari sepuluh ribu tanaman yang terhampar di halaman sekolah. Kurang lebih 1 kuintal sampah dedaunan kering diperoleh dari rontokan tanaman di sekolah dalam setiap minggu. Disamping itu, sekolah juga mengelola sampah kertas yang berasal dari penggunaan ATK di sekolah.

Proses pengelolaan sampah di sekolah menurut siswa sudah baik (37,5%), bahkan siswa lainnya menyatakan sangat baik (62,5%). Alasannya karena pengelolaan sampah disekolah melibatkan semua warga sekolah (43,2%), mampu menghasilkan produk kompos padat, cair, dan pestisida (26,1%), dan sarana prasarana sekolah yang memadai (20,5%).



Sampah hingga kapan pun tetap akan menjadi masalah bila dibiarkan menumpuk. Masih hangat dalam benak kita , realita tertimbunnya 40 orang di TPA Leuwigajah Cimahi Bandung pada tahun 2005 karena tumpukan sampah yang longsor. Namun, sampah dapat juga membawa berkah atau manfaat bila dikelola. Sebagaimana yang dirasakan siswa, yaitu dengan mengelola sampah semakin membuat mereka peka atau peduli terhadap lingkungan di sekitarnya (59,1%), menjadi suatu pembelajaran dalam mengelola lingkungan (26,1%), lingkungan bersih (9,1%), dan kesehatan pun terjaga (5,7%).


Read More......